bapak ibu saya memberi nama Arif Budy Pratama

Foto saya
i'm just a poor boy, tryin'to face the cruel world.....oh.....wait the world is not always cruel....hehhehe

Minggu, 17 Agustus 2008

ni tulisan waktu masi gila

MATINYA ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

( Suatu Refleksi)

Oleh

Arif Budy P

Mahasiswa Administrasi Publik FISIP UNDIP

Epistemologis ilmu Administrasi Publik menjadi sangat urgen ketika seorang mahasiswa administrasi publik mengalami suatu turbulance dalam pemikiran pengembangan ilmu dan relevansi aplikasinya dalam kegiatan governance.

Kurikulum dan pola-pola pengajaran ilmu administrasi Publik di Universitas –Universitas di Indonesia sangat terkesan linier dan sedikit sekali landasan keilmuan untuk memandu mahasiswa meningkatkan semangat berpikir kritis tentang ilmu administrasi Publik. Benarlah kiranya bila ada sebagian ilmuwan politik dan administrasi yang menyebutkan walaupun paradigma administrasi Publik sekarang berada pada tingkat ke-5, yaitu Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi Publik tetapi dalam praktiknya kita masih berkutat pada paradigma Weberian. Hal ini terlihat pada kurikulum yang cenderung mengarah pada pembelajaran technical approach dan belum banyak perkembangan pemikiran yang dihasilkan dalam ilmu administrasi publik. Penulis masih berpikir ( semoga pemikiran saya salah) bahwa kita belum mampu menemukan indigenous administration.

Sebagai ilmu yang aplikatif, ilmu Administrasi Publik masih terjadi diskursus mengenai ground theory-nya. Memang ilmu administrasi Publik adalah ilmu yang interdisipliner, akan tetapi menurut saya perlu suatu landasan keilmuan. Meminjam pernyataan Fadillah Putra, Mentor dan sekaligus sahabat Administrator Muda Indonesia, Dia mengatakan bhwa Ilmu admnistrasi negara itu seperti ilmu reparasi radio. Artinya ilmu ini hanya bisa menjawab permasalahan-permaslahan publik secara parsial dan belum jelas akar ilmunya.

Ambil sample ilmu ekonomi. Dalam ilmu ekonomi kita bisa menemukan dengan mudah akar ilmu ekonomi. Apakah itu ekonomi kapitalis atau sosialis dan seluk beluk yng membalutnya. Sedangkan dalam ilmu Administrasi Publik akan sangat susah menjabarkan ilmu administrasi Publik yang seperti apa ?

Perlunya Optimalisasi Kajian Epistemologi dalam ilmu Administrasi Publik

Beberapa mahasiswa yang studi lanjut ke luar negeri pernah bercerita bahwa kajian epistologis ilmu mendapat porsi yang lumayan besar. Mereka biasanya menempuh 2 semester untuk kajian epistemologis. Mengapa epistemologis? Sebenarnya dialog kita bermuara pada jawaban pertanyaan ini.

Pertama ,epistemologis atau filsafat ilmu pengetahuan merupakan kajian dasar mengenai apa itu ilmu. Ketiga pilar epistemologis yaitu ontologis epistemologi, klasifikasi ilmu, dan metode ilmiah merupakan jembatan bagi kita untuk mengkritisi suatu ilmu pengetahuan dan berupaya mnegembangkannya. Dalam praktiknya nanti akan dibahas apa itu ilmu, apa itu pengetahuan? Dan pada perkembangnnya nanti apakah ilmu Administrasi Negara pantas disebut sebagai ilmu atau science. Sangat menarik bukan?

Kedua, Dengan epistemologi, kita akan ter-stimulus untuk ber-inovasi karena kita paham betul apa dan bagaimana ilmu itu, bagaiman metode ilmiah yang cocok? Dan lain sebagainya. Sekarang ini saya melihat, misalnya paradigma ilmu administrasi negara secara ekstrem saya mengatakan perkembangan paradigma cenderung larut dalam mekanisme pasar, mulai dari dikotomi ilmu administrasi dan ilmu politik sampai dengan konsep good governance. Bahkan ada yang berpendapat bahwa good governance terkesan tool kapitalis sebagai tabir menge-goal-kan kebijakan-kebijakan negara yang menguntungkan mereka.

Sampai saat ini kita masih belum bisa men-transformasi nilai, budaya, kondisi bangsa Indonesia yang dapat dijadikan pijakan dalam rangka menemukan indigenous administration. Lihat apa yang terjadi di Thailand, Singapore, dan Jepang. Mereka dapat men-transformasi nilai, budaya, kondisi bangsa mereka yang dapat dijadikan pijakan dalam rangka menemukan indigenous administration. Kalau tidak secepatnya kita berupaya maka kita akan membaca kembali judul di atas................................

Selamat ber-dialektika, Semoga menjadi inspirasi untuk perubahan Indonesia

Tidak ada komentar: